Jumat, 06 Desember 2013



1379228237227068298
Ngomong-ngomong soal kuliner khas daerah, ada satu jenis makanan yang penggemarnya tak pernah surut, bahkan cenderung terus bertumbuh. Pun di saat gempuran makanan asing menyerbu ruang rasa kita, makanan ini tetap dicinta. Namanya Pecel.
Pecel, adalah kuliner di tanah Jawa, khususnya di Jawa Timur yang berkembang dan menjadi warisan kuliner Nusantara. Saya sendiri kurang tahu sejak kapan pecel menjadi makanan khas di sejumlah kota di Jawa Timur. Menurut penuturan mbah saya almarhumah, pecel sudah ada sejak beliau masih kanak-kanak. Artinya sejak jaman penjajahan Jepang makanan ini sudah dikenal luas. Bisa jadi apa yang dikatakan simbah saya benar adanya. Jika demikian, kemungkinan besar keberadaan pecel sudah ada jauh sebelum masa tersebut.
Konon, pecel itu dibuat sebagai makanan teman nasi pada saat situasi perekonomian sedang sulit di negeri ini. Pecel jadi makanan alternatif  karena masyarakat pada waktu itu tak bisa mengkonsumsi daging-dagingan lantaran harganya yang mahal. Dengan bermodal sayur-mayur dan sambal kacang, pecel menjadi makanan yang nikmat dan murah meriah.
Uniknya, meski merupakan jenis makanan rakyat nan sederhana, pecel terbukti bisa menembus waktu, mampu bersaing dan bersanding dengan aneka jenis makanan barat yang menyerbu Indonesia. Pecel tak surut penggemarnya, karena merupakan makanan rumahan yang jauh lebih sehat dibanding makanan siap saji restoran. Makanan ini juga tetap lestari karena diturunkan secara langsung oleh keluarga-keluarga terdahulu. Bahkan kini, pecel jadi sajian kuliner yang banyak diburu warga kota. Mungkin semangat kembali ke desa atau kembali ke makanan tradisional membuat pecel jadi makanan yang diburu.







1379228346953449322

Di Jakarta misalnya, ada sejumlah gerai pecel Madiun yang jadi rujukan para pecel lovers. Setidaknya saya mencatat ada di Taman Mini Indonesia Indah, Kalibata, dan Cibubur. Di Taman Mini lokasinya ada di dekat pintu dua TMII. Rumah makan ini biasanya disesaki pecel lovers saat makan siang tiba. Jika datang pada jam sibuk seperti itu, pengunjung harus antri menunggu giliran dapat meja.
Gerai pecel lainnya seperti di Kalibata maupun di Cibubur juga demikian. Bahakan gerai pecel Madiun bu Ida di Cibubur biasanya ramai sejak pagi hari, utamanya di akhir pekan. Karena letaknya di pinggir jalan, jika sedang ramai pengunjung bermobil akan kesulitan parkir lantaran panjangnya antrian mobil yang parkir.
Sambal Kacang
Melihat bentuknya, Pecel mengingatkan kita pada kuliner lain yang mirip seperti gado-gado di tanah Betawi, urap di jawa, atau karedok di tatar Sunda. Pecel dan juga kuliner yang saya sebut tadi adalah sejenis makanan berbahan dasar sayur-mayur. Biasanya dalam satu porsi pecel ada sayuran seperti bayam, kecambah, kacang panjang, prei (sejenis mentimun), lamtoro (petai cina), dan daun kemangi. Semua bahan sayuran kecuali petai cina dan kemangi direbus terlebih dahulu.
 
1379316811806409912 
 
Pecel dan Lauk Pendampingnya (foto: koleksi pribadi)
Nah, cara makannya, semua sayuran tadi disajikan diatas nasi dengan guyuran saus sambal kacang yang pedas. Paling enak makan pecel dengan nasi hangat yang masih mengepul, ditambah lauk seperti tempe goreng, kerupuk puli (kerupuk beras/ kerupuk gendar) atau rempeyek kacang. Rasanya? Ada sensasi gurih, berpadu dengan rasa pedas, serta wangi daun jeruk purut dalam sambal kacangnya. Ditambah sayur mayur yang direbus lunak, menciptakan harmoni rasa yang luar biasa. Surga banget.
Untuk lauk pendamping pecel, di beberapa daerah berbeda-beda. Ada yang menyandingkan dengan tempe goreng, tahu, rempeyek kacang, rempeyek teri, tahu dan tempe bacem, sate telur puyuh, telur asin atau paru goreng. Biasanya lauk disesuaikan juga dengan permintaan pecinta pecel.
Madiun, Kota Pecel
Di Jawa, kota yang terkenal karena pecelnya adalah Madiun. Kalau berkunjung ke kota Madiun, kita akan mudah menemukan penjual pecel. Karena hampir di semua sudut kota terdapat penjual pecel. Bahkan ketenaran pecel Madiun bisa didapati hingga ke kota-kota lainnya di luar Jawa Timur.
Sebenarnya, pecel bukanlah monopoli warga Madiun saja. Ini berdasarkan jelajah selera yang saya lakukan. Hampir semua kabupaten kota di Jawa Timur memiliki jenis pecel sendiri dengan perbedaan varian sayuran dan penyajian. Kota asal saya, Nganjuk atau kota asal istri saya, Kediri juga memiliki pecel. Di kedua kota tersebut pecelnya berbeda dengan Madiun.
Pecel Nganjuk rasanya jauh lebih pedas dari pecel Madiun. Sementara di Kediri, ada satu varian saus sambal yang khas dan tidak ada di tempat lain yakni sambal tumpang. Meski namanya sambal, namun sambal tumpang jauh dari kesan pedas. Saus sambal tumpang dibuat dari tempe busuk (bosok), dimasak dengan dicampur cabe, bawang dan bumbu dapur lainnya. Rasanya? Dahsyat. Biasanya sambal tumpang dikonsumsi anak-anak yang tak doyan pedasnya sambal pecel. Belakangan, sambal tumpang juga disajikan dengan mencampurkan sambal kacang. Perpaduan kacang dengan tempe bosok menjadi tarian yang unik di langit-langit lidah.
Kini, nasi pecel tergolong makanan tradisional yang diburu orang kota. Nasi pecel disajikan tak lagi dengan bungkusan daun, atau piring kaleng. Di Jakarta, banyak gerai nasi pecel menyajikannya dengan menggunakan sentuhan modern, seperti piring dari jalinan rotan atau bambu. Semua itu dimaksudkan sebagai cara memodernkan tampilan nasi pecel agar setara dengan tampilan makanan yang berasal dari luar negeri.

Tagged:

0 komentar:

Posting Komentar